SBY Korban Demokrasi Liberal

Cita-cita mulia demokrasi direduksi menjadi sebatas hal yang prosedural dan teknis. Akibatnya, demokrasi hanya diwujudkan dalam pemilu. Suara rakyat dibutuhkan dan ditambang hanya ketika pemilu datang. Setelah itu, suara rakyat ditendang dan dikhianati; kebijakan publik tidak lagi memihak rakyat, harga-harga semakin mahal, penggusuran dimana-mana, BBM dinaikkan, pendidikan dan kesehatan dikomersialisasikan, kemiskinan dan pengangguran tetap saja berkembang biak. Menjadi Presiden,tak muda dibutuhkan MODAL,FULUS paling tidak 10 Trilyun rupiah untuk Indonesia yang luas ini.Menjadi Gubernur juga tak tanggung tanggung,50 milyar rupiah,demikian secara berjenjang sampai keKota/Kabupaten,menjadi Walikota/Bupati siapkan modal,fulus paling tidak 10 milyar-20 milyard rupiah.Dan paling lucu menjadi anggota legislative,sama dengan anda menjadi pimpinan Eksikutif siapkan Modal atau Fulus,secara berjenjang DPRD hingga DPR-RI.
Demokrasi Liberal :
Dalam konteks ini kritik Geoff Mulgan terhadap paradoks demokrasi sangat tepat dan jitu. Ada tiga hal pokok dalam kritiknya terhadap demokrasi. Pertama, demokrasi cenderung melahirkan oligarki dan teknokrasi. Bagaimana mungkin tuntutan rakyat banyak bisa diwakili dan digantikan oleh segelintir orang yang menilai politik sebagai karier untuk menambang keuntungan finansial? Kedua, prinsip-prinsip demokrasi seperti keterbukaan, kebebasan dan kompetisi juga telah dibajak oleh kekuatan modal. Yang disebut keterbukaan, hanya berarti keterbukaan untuk berusaha bagi pemilik modal besar, kebebasan artinya kebebasan untuk berinvestasi bagi perusahaan multinasional, kompetisi dimaknai sebagai persaingan pasar bebas yang penuh tipu daya. Ketiga, media yang mereduksi partisipasi rakyat. Kelihaian media mengemas opini publik membuat moralitas politik menjadi abu-abu, juga cenderung menggantikan partisipasi rakyat. Ini berujung pada semakin kecil dan terpinggirkannya ‘partisipasi langsung’ dan ‘kedaulatan langsung’ rakyat. Demokrasi dalam cita cita sesungguhnya perlahan lahan MATI.
Berangkat dari apa yang tertutur diatas,maka pertanyaanya adalah orang Indonesia yang memiliki dana 10 Trilyun Rupiah ?.Jika ada maka dialah yang berhak mencalonkan diri dan dipastikan dipilih ,walau PEMBOHONG Besar.Jika tak memiliki dana pribadi sebesar itu maka carilah para Konglomerat Hitam yang dapat menyokong dana Pilpres,alhasil tentu tak terbayangkan Kritik Geoff Mulgan (pertama) akan berbukti total tanpa terbantahkan.
SBY dan Century
Sedikit penjelasan tulisan ini,mengapa SBY sering dikaitkan dengan Century Gate,banyak politisi dan partai politik telah memahami dan mengalami apa yang dimaksud Geoff Mulgan.Maka jangan heran jika SBY terkesan menjadi korban kasus Century,namun jika benar apakah SBY memiliki dana dimaksud dalam tuduhan para Politisi ? tentu tidak sebab apa yang melekat hanya Jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia selebihnya telah menyuburkan partai dan kantong rakyat republiik ini.Kasus Century telah lama bergulir sosok yang paling di sebut sebut bertanggung jawab adalah Budiono yang saat itu menjadi Gubernur Bank Indonesia,Sri Mulyani yang saat itu menjadi Menteri keuangan (bendahara Negara).Mengapa kasus yang mengena pada kekuasaan cenderung lama? Selain kekuatan politis,juga cenderung terselamatkan oleh kerja kerja intelejen.Disini Intelejen tak lagi dimanfaatkan untuk kepentingan Negara namun menjadi kepentingan Kekuasaan.Akhir akhir ini Antazari Azhar meyebutkan sebuah pertemuan bersama SBY dan beberapa pejabat tinggi Negara,katanya membicarakan tentang kondisi krisis moneter Global (kritik Geoff Mulgan,kedua).Media menjadikan issue ini sebagai issue seksi dan membidik lingkaran istana yang konon terlibat adalah SBY dan kroninya. Alhasil rakyat hanya sebagai penonton tak paham sesungguhnya apa yang terjadi.Evoria demokrasi melahirkan pengamat politik dari warung kopi hingga hotel berbintang,demikian ramai sampai bingung apa yang ditanya dan apa yang dijawab,lagi lagi kritik Geoff Mulgan (ketiga) terbukti.
Pertanyaannya,apakah kasus Century akan terungkap dalam waktu dekat ? TIDAK inilah jawaban singkat.
Menuntaskan Century secepatnya akan berbiaya tinggi,butuh Revolusi Rakyat,tak sebanding dengan nilai 6,7 Trilyun .
DPR RI telah terbelengu pada kepentingan menuju 2014 nanti yang efektif tinggal setahun aktif untuk rakyat selebihnya mereka akan sibuk kampanye untuk diri sendiri dan partai.
Operasi inteljen telah berhasil “mengamankan” kasus kasus yang tentu akan mengganggu kelancaran jadwal bernegara.Pendapat saya adalah hal yang terbaik dari pilihan terburuk jika dikait dengan fungsi inteljen yang sesungguhnya.
Apakah ada kekuatiran tentang terjadinya kondisi seperti Mesir dan Libya ?,jawabannya TIDAK ! .Berbagai elemen telah berhasil diadu domba dan menghasilkan perpecahan.Kepemudaan KNPI pecah terbelah menjadi 2 kubu,tak tanggung tanggung hingga organisasi olah ragapun demikian seperti halnya PSSI.
Amandemen UUD 45 telah menyelamatkan kasus kasus ketidak adilan,selain memuluskan “perampokan SDA”oleh asing,termasuk Hak menyatakan Pendapat oleh DPR RI,tak percaya hitung saja waktu yang di butuhkan untuk maksud tersebut jika DPR RI melaksanakan Hak Menyatakan Pendapat untuk kasus Bank Century.
Siapa diuntungkan,para kapitalis,konglomerat hitam, termasuk Asing yang punya kepentingan kuasai Indonesia. Tapi banyak yang bangga inilah negri paling demokrasi .
Kita memiliki KPK namun sistim tak berubah,KPK hanya sebagai symbol Pemberantasan Korupsi,termasuk Slogan “Katakan Tidak Pada Korupsi
Sebaiknya kita menanti tahun 2014 kelak ada pemimpin tegas untuk tuntaskan kasus Century,dari pada mendorong dan berharap KPK berhadapan dengan Istana,hal yang sangat KONYOL.Adalah hal yang lebih mudah kita terfokus pada Kasus Hambalang yang tak ada bunyinya lagi,tertutup kasus Simulator SIM (Korlantas).