Saking seringnya ucapan Pemecatan,atau Sanksi ditujukan pada kader kader yang tak mengikuti
keputusan Partai Golkar diera kepemimpinan Ir Aburizal Bakrie membuat Golkar
tak sehat.Tercatat selang setahun ini 2012,sudah 2 kali terucap oleh sebagian
elit Partai Golkar membuat kader daerah bertanya ada apa dengan Golkar tiba
tiba jadi MONSTER.
Pertama
:
Sebagai upaya mengamankan keputusan Rapimnas Juli 2012 tentang Pencapresan
Aburizal Bakrie tahun 2014.
Kedua : Dukungan Partai Golkar untuk pasangan calon Gubernur Fauzi Bowo khusus keputusan DPD I Golkar DKI di aminkan oleh Sekjen DPP Golkar.
Bagi pihak luar ini issue yang sangat “seksi” untuk dijadikan bahan perdebatan yang menguntungkan pihak lawan politiknya.Tapi bagi internal ini sudah sangat tak sehat,sebab secara terang terangan terungkap Internal tak SOLID.
Hal lain ini sangat memalukan dimana Partai Golkar yang
terbilang Partai Besar dan telah berpengalaman mengumbar Sanksi/Pemecatan kader
yang mbalelo.Ada apa sebenarnya yang terjadi,mungkin bagi internal hal ini tak
lazim,sebab 15 tahun Golkar berbenah diera Aburizal Bakrie paling sering
didengar SANKSI Pemecatan.Terlalu seringnya mengumbar ucapan sanksi tak berarti
bahwa partai itu sehat,tentu ada sesuatu yang tak diyakini oleh beberapa elit
Partai,disayangkan Partai Golkar bukan saja dimiliki mereka segelintir manusia.
Kembali lagi pada pernyataan Sanksi Pemecatan saat Ir
Aburizal Bakrie menjadi Calon Presiden dari Partai Golkar 2014.Bagi kader kader
daerah yang telah sungguh sungguh bekerja untuk penyuksesan Ir Aburizal Bakrie
sebagai calon presiden dari partai Golkar justru jadi membingungkan.Bagaimana
tak bingung jika yang diputuskan terkesan adanya keraguan justru dari elit
Partai Golkar sendiri.Bukankah dalam hal ini mereka ditingkat DPP Partai Golkar
lebih tahu strategi pemenangan Ir Aburizal Bakrie pada 2014 nanti,adapun”pasukan”
didaerah bertekad menjalankan dengan sungguh sungguh.
Mungkin tak lagi seperti kegagalan Capres 2009 lalu saat
JK-Win maju dari Partai Golkar gugur ,gagal akibat tak solid.,Kekalahan JK-Win
itu bukan tak menjadi catatan bagi kader,namun hal tersebut tak seharusnya
menjadikan elit Partai Golkar terkesan TAKUT pada BAYANGAN sendiri.Disinilah nampak
beberapa gelintir elit Partai Golkar terkesan sebagai Vampire atau Monster yang
menakutkan dengan melontarkan kata PECAT dengan ringannya.Siapa sih yang mau
dipecat,tentu hal tersamar namun dapatlah ditarik sebuah asumsi bahwa Elit
Partai Golkar juga yang menjadi sasaran,bukan kader daerah kacangan sebagai
pengurus kelurahan.Terbesit nama Jusuf Kalla karena digadang Partai lain untuk
menjadi Capres,namun beberapa elit mungkin lupa,apakah Partai yang mengusulkan
JK sudah memutuskan secara tertulis dan telah menjalani mekanisme Partai,sebut
saja Partai Nasdem dan PPP.
Hal tak elok sebenarnya untuk diungkap bahwa bekerja
untuk bersama sama berjuang menaikan tingkat elektabiltas dan popularitas
Aburizal Bakrie adalah lebih produktif dari pada sekedar ringannya mengumbar
kata PECAT.Beberapa elit Partai Golkar memberikan gambaran buruk pada
daerah,bukan contoh yang baik dan produktif.
Hal keliru jika Rapimnas Partai Golkar hanya untuk Ir Aburizal Bakrie semata dan beberapa elit Partai saja,bukan untuk partai Golkar sebagai Partai Politik.Terjawab pula bahwa Konvensi ditiadakan bukan untuk hasil maksimal demi Partai Golkar namun hanya untuk penyelamatan sebuah AMBISI segelintir elit Golkar.Lantas benarkah semua yang dilakukan?,TIDAK soliditas partai adalah jawaban dan format ini belum tampil sebab para elit masih RAGU.
Keraguan akan masa lalu,keraguan akan apa yang terjadi
saat JK-Win gagal pada pencapresan 2009.Kegagalan bukan belum ditemukan jawabannya
namun memang sudah menjadi strategi,dan Koalisi sebagai hadiahnya dapat
sekaligus menjawabnya..
Sekarang kita bahas lagi masalah sanksi pemecatan kader partai Golkar yang tak mendukung bergabungnya Partai Golkar mendukung Fauzi Bowo pada Pilkada DKI putaran kedua.Hari demi hari mungkin elit Partai Golkar makin kena paranoid sebab pernyataan sanksi pecat juga terungkap.Mengherankan jika alasan Partai Golkar berdasarkan kajian memilih Fauzi Bowo,sementara fenomena Jokowi sudah sampai didaerah,bahkan baju kotak kotaknya sudah menyebar kedaerah.Fakta demam Jokowipun sudah membumi,apakah DPD PG DKI menutup mata akan hal ini ?.Jika tak berlebihan dapat dikatakan Jokowi lebih populer dari Ir Aburizal Bakrie semoga saya keliru. Makin jelas keputusan DPD I Golkar DKI justru diamini oleh sekjen Partai Golkar,dan menegaskan akan ada sanksi partai jika ada kader yang tak mendukung.Membingungkan siapa lagi sasarannya,ada apa dengan beberapa elit Golkar terkesan paranoid mengumbar ngumbar sanksi dan sanksi lagi.Makin tak jelas jika disanding dengan pernyataan ketua umum partai Golkar Ir Aburizal bakrie yang membebaskan kader dan konstituen Golkar memilih calon pemimpin Jakarta pada putaran kedua nanti.
Politik memang bukan matematika namun perlu diingat angka angka dan RUMUS adalah sebuah Komitmen yang harus ditaati.Akan menjadi lucu jika apa yang telah terucap dimainkan,atau apa yang telah dihasilkan sebagai keputusan Rapimnas Partai Golkar tereduksi dengan tingkah polah paranoid segelintir elit Golkar.
Membiarkan Golkar berubah menjadi Monster adalah sebuah kekeliruan,kader di daerah butuh panutan bukan sikap tak terpuji dan tak masuk akal sehat