Mungkin hanya dengan
tulisan,saya dapat “hadir ,menyampaikan beberapa “pesan” pada para elit Partai
Golkar di Slipi.Sayapun sadar diterima bergabung dengan Partai Golkar sudah
merupakan karunia yang harus disyukuri.Terutama mengingat saya hanya sebagai
kader “kampungan”dari kota Balikpapan-Kalimantan Timur tentu dalam kehadiran
pada rapat rapat penting ditingkat pusat telah terwakili elit Partai Golkar
dari tingkat kota maupun propinsi.
Namun dari beberapa kali
kesempatan pertemuan dengan ketua umum Partai Golkar bapak Ir Aburizal Bakrie (ARB)
saya berpendapat sosok ini tak sesombong sebagaimana layak gambaran negative seorang
konglomerat papan atas direpublik ini.Mungkin banyak yang merasa aneh saya
menggunakan kata “kampungan” dan kemudian menilai sok akrab seorang ARB.Saya
adalah kader kampungan yang nekat bersosialisasi dengan siapa saja,termasuk
cerdik pandai,elit Golkar.Sebut saja bapak Ir Akbar Tanjung,Hadjriyanto Tohari
sampai Indra J Piliang cara pertemuan terkadang bisa disebut nekat
nekatan.Namun saya jamin menulis nama para elit Golkar tersebut saya tak akan
ditolak keberadaanku.
Demikian
sekelumit,perkenalan tentang identitas kampungan saya dengan maksud agar pesan
pesan saya ini beralasan dan tertanggung jawab.
Saran
Pesan Untuk Para Brutus.
Dalam politik paling mungkin
Brutus lahir dari dalam ,sekedar mengingatkan saja kerja kerja kita yang mana dapat
dikategorikan menggiring ARB tersosialisasikan dengan baik.Apakah safari
keliling ARB di pulau jawa,dengan rentetan jadwal serta program dari sang
konsultan Denny JA telah dianggap cukup.Kita hampir menggapai penghujung tahun
2012 terkadang sepi dari segala aktivitas kegiatan kepartaian yang langsung
bersentuhan dengan rakyat,namun ramai berbicara tentang “kesempatan kaum muda Golkar”.
Banyak hal dibungkus
berdasar “aspirasi kaum muda” demi pemenangan Partai Golkar,bahkan ada yang
menyebut “waktu saya maju pemilu 2009 saya nomor paling bawah,namun tetap berjuang.Menurutnya
pada pileg 2014 berharap kader muda
Golkar kelak berada pada posisi pertama.Mohon maaf sebagai kader Golkar dari kampung
saya merasa lucu pada pernyataan ini,bukankah sistim yang berlaku sama
penerapannya dengan tahun 2009.Bukankah nomor ujung (pertama) dan ekor (bawah)
tergantung KERJA,ada apa dengan kader muda Golkar ini.Seperti yang saya pahami Undang-Undang
Pemilihan Umum atau UU Pemilu dilaksanakan Sistem Proporsional Terbuka. Karena
dalam sistem terbuka ini, tidak berbeda jauh dengan pemilu 2009 lalu saat
caleg-caleg berjuang secara individu meraih suara sebanyak-banyaknya di daerah
pemilihan.
Saya bersyukur kehadiran
Brutus lebih cepat lebih baik untuk merdeka dari “gangguan”,namun tak dapat
menolak karma yang berlaku.Sayapun memaklumi sekarang mengapa ARB jauh jauh hari
bersedia pada Rapimnas III partai Golkar Juni 2012 di Bogor untuk menerima
keputusan dan maju sebagai calon presiden 2014.Memang banyak yang berkomentar
miring tentang partai golkar pertama kali membuat keputusan pencalonan ARB
sebagai presiden.Namun menelisik apa yang terjadi saat ini saya beranggapan itu
adalah pilihan terbaik,sebab akan mudah muncul brutus,dan ARB cepat
merdeka.Merdeka yang saya maksudkan memahami secepatnya siapa kawan siapa
lawan.Mengemas ala kaum muda seperti yang disebut diatas adalah pengalaman masa
lalu ARB.Pengalaman berorganisasi seorang ARB tak harus ia melupakan segala
ambisi dan ego yang muncul dalam dirinya kala usia muda.Saya sangat sayangkan
tak harus segala ambisi dikedepankan terlebih dahulu dengan dan tanpa melihat
partai lain juga sedang bekerja giat.Mungkin kader muda partai golkar harus
melihat fakta,ada partai baru yang kader mudanya dengan giat melakukan kerja
kerja partai.
Dalam sebuah acara di
Balikpapan,Hadjriyanto Tohari memaparkan bagaimana anggota legislative sekarang
ini sangat mudah melakukan praktek korupsi diusia yang tergolong muda.Kebetulan
saya hadir dan duduk didepan jadi masih ingat pesan seorang Wakil Ketua MPR RI
yang kebetulan dari partai golkar.Dan juga saya masih ingat bang Akbar Tanjung
dalam satu kesempatan bersamanya mengatakan Politik Transaksional menjadikan
kita lupa akan agenda reformasi yang diperjuangkan kaum muda.Sistim harus
secara bertahap kita lakukan penyempurnaan dan butuh waktu serta kesabaran.
Mungkin tulisan ini sangat
sederhana dengan bahasa yang ala kampungan namun saya meyakini sebuah hal,”nasehat
orang tua wajib di ingat”.Beranggapan usia muda namun berperilaku mirip anak
anak,saya ragu jika kelak DPR memang jadi Taman Kanak Kanak.Sangat memalukan
jika yang menjadi anak anak adalah kader muda partai golkar,
Mengutip
orasi ilmiah Ir Aburizal Bakrie Wisuda Sarjana Universitas Nasional :
dinamika
politik kita, masih dijumpai adanya fenomena bahwa tradisi politik kita masih
diwarnai oleh intrik-intrik politik, politicking,
bahkan fitnah-fitnah politik, bukan persaingan kualitatif di mana ide dan
gagasan menjadi instrumen politik. Dengan kata lain, tradisi politik kita belum
sepenuhnya berpanduan ideologis dan berbasiskan tradisi akademik. Terhadap
realitas dan fenomena demikian, sejak memimpin Partai Golkar, saya selalu
menekankan agar tradisi intrik itu ditinggalkan, sebaliknya tradisi persaingan
kualitatif yang mengedepankan ide dan gagasan menjadi instrumen politik
harus diperkuat guna menghadapi peluang dan tantangan globalisasi. Hal ini
dapat dipahami mengingat tradisi intrik dapat merusak karakter bangsa, karena
bersifat tidak produktif, bahkan kontraproduktif yang melemahkan positioning bangsa dalam arena persaingan
globalisasi yang bersifat “shopisticated competition”,
persaingan yang menekankan aspek kualitatif dan rasionalitas
Secara umum orasi ini sangat
bermakna bukan saja bagi kader muda partai golkar,namun bermanfaat agar kader
muda partai manapun kelak tak menjadikan DPR sebagai Taman Kanak Kanak.Orasi
tersebut diatas memastikan ARB melewati tahapan masa mudanya,dan paham benar
apa yang diinginkan anakmuda diusianya.
Dalam menggiring pencalonan
ARB,saya sempat hadir dan turut dalam pertemuan walau tak lengkap sebagaimana
para ketua DPD I se Indonesia.Memang kebetulan saja dilangsungkan di kota
Balikpapan,saya secara kebetulan juga diajak Indra J Piliang yang hadir dalam
acara berbeda dihotel yang sama.Saya bersama Indra mengikuti salah satu diskusi
saja,tak kama kami ikuti berdua,karena
selain memang bukan acara untuk mas Indra J Piliang,apalagi saya hanya sebagai
pengurus DPD II Partai Golkar kota Balikpapan.Namun saya memahami acara
tersebut adalah khusus membicarakan pencalonan ARB sebagai calon Presiden
2014,pertemuan sesudah Bali.Memang beracara di Balikpapan-Kaltim sangat
heboh,acara tersebut diliput media local,nasional.Beberapa bulan sesudah
pertemuan tersebut saya mendengar banyak hal dukungan diberbagai daerah.Banyak
pula issue miring yang menerpa usulan ARB For RI 1 sebelum keputusan Rapimnas
III Bogor.Dalam politik memang tak dapat dihindari factor kepentingan,Dari kaca
mata kader sayapun berharap tak ada pengaruh terhadap kepentingan ketua ketua
DPD I yang bertepatan punya gawe Pilkada.Hal yang menjadi kekuatiran saya
adalah sistim survey tak dijadikan lagi landasan pencalonan kepala
daerah.Banyak saling sandera karena kepentingan menjadi Cagub,Cabup,berlakon
setia pada ARB,hal ini hanya sebagai padangan yang tak penting untuk
ditanggapi,saya memaklumi saja.Jika sudah jadi demikian berbias apa jadinya
suatu saat jika kegagalan menjadi cagub dan cabup karena tak berdasar survey,dan
kalah,akan tetap konsisten?.Wajar jika pertanyaan ini saya kemukakan mengingat
waktu yang masih cukup bagi seseorang untuk “berpindah kelain hati”.Jika menyimak
jadwal pencalegkan pada April 2013 nanti,masih ada waktu untuk berbenah jika cepat
bermunculan para Brutus.
Saya tetap tak berharap
kisah Soe Hok Gie Mendaki Gunung Semeru terjadi,semoga.